Tempat Ngeblogna Orang Balida

Sunda Kabaheulakeun (Rumah)

1. Leuit lumbung padi
Ini contoh rumah kampung atau perkampungan jaman baheula (1870-1900) di Indihiang. Ada rumah, dan, tampaknya, ada “leuit” (lumbung padi?) yang bentuknya beda dari rumah. Diambil dari Come to Java 1922-1923.
Situasi kampung Indihiang 1870-1900
2. Rumah Sunda pakampungan
Rumah Sunda baheula, di kapung, macam-macam bentuknya. Salahs atunya seperti di bawah ini. Ini bentuk rumah kuno berteras di Priangan (1890-1900). Diambil dari Come to Java 1922-1923.
Rumah kampung kuno (“een woning”), 1890-1900, di Priangan
3. “Saung ranggon” (gubuk panggung) di kebun
Para petani di sawah, sampai sekarang, suka membuat gubu-gubukan untuk tempat istiratahat dan menjaga sawah atau kebun. Jika sekarang umumnya tidak pakai pilar-pilar bambu atau kayu (bentuk panggung), dahulu orang suka membuatnya pakai pilar, jadi gubuk panggung. Urang Sunda menyebutnya saung ranggon. Ini salah satu gambarnya. Diambil dari Come to Java 1922-1923.
Saung ranggon di kebon
4. Mesjid dan “tajug” (surau)
Urang Sunda umumhya beragama Islam, samapi ke pelosok-pelosok. Di mana-mana akan dijumpai banyak tajug (langgar, musola), dan mesjid. Ini salah satu bentuk mesjid lama (1922-1923) yang sudah  modern. Modern untuk ukuran 1922-1923. Tidak jelas sebenarnya di mana, yang memotret “oerang Garoet.” Diambil dari Come to Java 1922-1923.
Mesjid lawas (1922-1923)
5. Rumah Amtenar
Rumah yang satu ini kantor gubernuran (Gubernur Jenderal). Letaknya di Sindanglaya, Cianjur. Mewah sekali.
Kantor Dinas Gubernur Jenderal Belanda di Sindanglaya (1921-1922-an)
Rumah Menak, 1907-1930
Rumah Bupati Sumedang Raden Aria Suriaatmaja, 1915-1922
6. Rumah “Kasundaan”?
Bentuk rumah Sunda ini agak aneh. Di TMII ada profil rumah Sunda yang mirip dengan rumah Jawa. Ini rumahdi tatar Sunda, sangat beda. Coba perhatikan ujung atapnya: tangan menyilang atau tanduk kerbau. Nah bentuk ini apa namanya? Tanduk bekicot. Hehehe.
Rumah di Garut, 1925. Atap Tangan Menyilang. Kampung berpagar bambu.
Foto di atas aslinya menunjukkan pagar perkampungan terbuat dari bambu. Saya ingat jaman baheula ketika kecil masuk ke kampung Gunung Wangi akan naik ke Gunung Bongkok, di Maja, Majalengka. Tepi kampung ada pagar tinggi model foto di atas. Kalau malam pagar ditutup, dan dijaga di pos ronda di dekatnya. Sekeliling kampung juga dipagar bambu.
Ini juga rumah model demikian. Berada di jalan menuju Talaga Bodas.
Jalan ke Talaga Bodas. Ada rumah Sunda di tepinya.
Berikut juga model rumah yang sama. Ujung atap berupa tangan menyilang.
Kampung Wiranjana, 1920-1922. Rumah beratap tangan menyilang
Yang berikut model “rumah Jawa.” Model rumah umum, bukan tradisional.
Rumah Jawa Umum, Bukan Tradisional
7. Dapur dan alat dapur
Rumah baheula tungku masak (“hawu”–Sunda) biasa dibuat dari tumpukan batu, atau tatanan bata merah yang dilapisi adonan tanah campur dedak.
“Hawu” tungku dapur
Hawu di atas berlubang tiga, masing-masing mempunyai lubang untuk memasukkan kayu bakar. Ada yang berlubang tiga tetapi dengan satu lubang untuk memasukkan kayu di bagian tengah saja. Ada juga yang hanya berlubang dua, lubang kayu bakarnya satu saja.
Untuk menghidupkan kembali api kayu bakar yang mati, hawu biasa ditiup pakai “songsong” terbuat dari buluh bambu berlubang ujung dan pangkal. Puuuhhh…puuuhhhhh….. dan abu beterbangan ke mana-mana.
Menghidupkan api yang mati pakai songsong
Dengan perkembangan elektronika, alat-alat masak (memanak nasi, membuat sayur, dsb) sekarang banyak menggunakan peralatan listrik. Dulu orang banyak menggunakan peralatan dari kuningan.
 
Dapur dan peralatannya. “Acting” di studio foto, 1880.
 
Seeng alias dandang untuk mengukus nasi
 
Seeng (dandang) dan aseupan (kukusan). Dandang pendek ini umum digunakan di mana, ya?
 
Seeng (dandang) dan ketel (ceret, cerek)

Sumber : https://tatangmanguny.wordpress.com/
Artikel Terkait
Bagikan Artikel ini :
+
Previous
Next Post »

Posting Komentar

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Back To Top